JAKARTA - Kemenangan Portugal atas Armenia dengan skor telak 5-0 pada laga kualifikasi Piala Dunia bukan hanya menegaskan dominasi tim di lapangan, tetapi juga meninggalkan momen emosional yang menyentuh hati banyak orang. Di balik pesta gol itu, sorotan utama tertuju pada sang kapten, Cristiano Ronaldo, yang memberikan penghormatan khusus untuk mendiang Diogo Jota.
Jota, salah satu penyerang penting dalam skuad Portugal, meninggal dunia secara tragis akibat kecelakaan mobil beberapa waktu lalu. Kehilangan mendadak itu meninggalkan luka mendalam bagi tim nasional dan para penggemar sepak bola. Banyak yang kemudian menyoroti absennya Ronaldo dalam prosesi pemakaman, hingga menimbulkan kritik mengenai sikap dan komitmennya.
Namun, dalam laga perdana Portugal setelah tragedi tersebut, Ronaldo akhirnya memberikan jawaban. Di hadapan ribuan penonton dan disaksikan rekan-rekannya, ia ikut dalam prosesi penghormatan di lapangan. Sang kapten berdiri hening di depan jersey Jota yang dipajang khusus, lalu menundukkan kepala dalam-dalam. Gestur sederhana itu menyampaikan pesan lebih kuat dari kata-kata: rasa hormat, kehilangan, dan ikatan emosional dengan rekannya.
Kritik yang Menyapa Ronaldo
Ketidakhadiran Ronaldo di pemakaman Jota sempat menimbulkan tanda tanya besar. Publik, terutama para penggemar, mempertanyakan mengapa sosok kapten yang begitu vokal di lapangan justru tidak hadir di momen paling krusial bagi rekan setimnya.
Beberapa media bahkan menuding Ronaldo kurang peka. Namun, laporan dari sejumlah sumber, termasuk Chosun.com, menjelaskan bahwa ketidakhadiran itu bukanlah bentuk ketidakpedulian. Ronaldo memilih untuk tidak hadir karena khawatir kehadirannya, dengan status sebagai figur publik besar, justru akan mengalihkan perhatian dari prosesi duka keluarga Jota.
Keputusan itu memang sempat menimbulkan kontroversi. Akan tetapi, melalui media sosial, Ronaldo lebih dulu menyampaikan belasungkawa pribadi, sekaligus menyatakan kehilangan yang mendalam. Baru kemudian, dalam laga kualifikasi kontra Armenia, ia bisa memperlihatkan langsung sikapnya bersama rekan-rekan setim di lapangan hijau.
Tribut yang Membungkam Kritikus
Momen penghormatan jelang pertandingan menjadi titik balik. Ronaldo bersama para pemain Portugal lainnya berdiri di depan jersey bernomor punggung Jota. Mereka menundukkan kepala, hening, dan membiarkan stadion terdiam.
Bagi sebagian orang, tindakan itu sederhana. Tetapi di tengah kritik yang menyeruak, aksi Ronaldo justru mematahkan anggapan miring. Ia tidak mencari sorotan, tidak pula tampil berlebihan. Sikap diam dan penuh penghormatan menunjukkan kedewasaannya dalam menghadapi situasi sensitif.
Tindakan itu membungkam para pengkritiknya. Seorang Ronaldo yang kerap disorot karena ambisinya di lapangan kini memperlihatkan sisi manusiawi yang jarang terlihat: memberi ruang bagi keluarga berduka dan menghormati rekannya dengan cara yang paling tulus.
Laga Emosional di Tengah Pesta Gol
Di luar penghormatan emosional tersebut, laga melawan Armenia tetap menjadi momentum penting bagi perjalanan Portugal di kualifikasi. Portugal tampil meyakinkan dengan skor 5-0, sebuah hasil yang memberi awal gemilang di Grup F.
Ronaldo sendiri tampil memimpin dengan performa konsisten. Kehadirannya memberi energi tambahan bagi tim, bukan hanya lewat kontribusi permainan, tetapi juga karena sikap yang ditunjukkan di luar teknis pertandingan. Para pemain muda Portugal, yang masih merasakan kehilangan Jota, tampak menemukan inspirasi dari sang kapten.
Kemenangan ini seakan menjadi penegasan bahwa meski kehilangan salah satu talenta terbaiknya, Portugal tetap solid, kompak, dan memiliki kekuatan emosional untuk melangkah maju.
Menghormati dengan Cara Berbeda
Perjalanan karier Ronaldo sering dihiasi kontroversi. Tetapi dalam kasus Jota, pilihannya untuk tidak menghadiri pemakaman justru lahir dari pertimbangan matang. Ia tahu betul, sosok sebesar dirinya bisa menjadi pusat perhatian di mana pun ia berada. Dengan memilih cara lain, ia membuktikan bahwa penghormatan tidak selalu harus ditunjukkan di hadapan publik luas.
Lewat tribut resmi bersama timnas, Ronaldo menemukan waktu yang tepat untuk menyampaikan rasa kehilangan. Di satu sisi, ia menghindari sorotan berlebihan pada prosesi pribadi keluarga Jota. Di sisi lain, ia tetap menunjukkan kebersamaan dengan rekan-rekannya di tim nasional.
Portugal dan Warisan Emosional Jota
Diogo Jota meninggalkan Portugal bukan hanya sebagai pemain berbakat, tetapi juga sebagai bagian penting dari kebersamaan tim. Rekan-rekan setimnya tentu merasakan kekosongan. Namun, penghormatan yang dilakukan Ronaldo dan seluruh skuad Portugal menjadi simbol bahwa warisan Jota tetap hidup di hati mereka.
Bagi Ronaldo sendiri, momen ini menjadi salah satu babak emosional dalam perjalanan panjang kariernya. Ia dikenal sebagai sosok yang haus rekor dan pencapaian, tetapi di balik itu, ia tetap manusia yang merasakan kehilangan.
Kemenangan Portugal 5-0 atas Armenia tidak hanya tercatat sebagai hasil manis di kualifikasi Piala Dunia, tetapi juga sebagai laga yang sarat makna emosional. Cristiano Ronaldo, yang sempat menuai kritik karena absen di pemakaman Diogo Jota, akhirnya menjawab dengan sikap penuh penghormatan di lapangan.
Dengan berdiri hening di depan jersey rekannya, Ronaldo menunjukkan bahwa penghormatan bisa hadir dalam bentuk yang sederhana namun tulus. Tindakan ini membungkam kritik, memperlihatkan sisi kedewasaan, sekaligus memperkuat ikatan di dalam skuad Portugal.
Bagi timnas, kemenangan ini lebih dari sekadar tiga poin: ia menjadi pengingat bahwa kebersamaan dan penghormatan adalah fondasi yang menguatkan mereka di tengah kehilangan.